Thuit. . . Theong. . . Theong, suiiii. . . . . . tt..
Begitulah lirih pekikan Prameks sang kereta
Waktu tertuju sembilan lebih menitnya lima
Aku memasuki gerbong pertama dengan lantaran anak tangga
Dalam bilik gerbong kusandarkan badan pada dinding kereta
Waktu tertuju sembilan lebih menitnya lima
Aku memasuki gerbong pertama dengan lantaran anak tangga
Dalam bilik gerbong kusandarkan badan pada dinding kereta
Setelah teramati karena proses tak disangka
Aku melihat kerumunan kaum hawa duduk saling menatap
Berdampingan horizontal "tharik marik" bagai lautan jilbab
Aku melihat kerumunan kaum hawa duduk saling menatap
Berdampingan horizontal "tharik marik" bagai lautan jilbab
Karena satu, dua, tiga orang tak berjilbab Memang takdir menugaskan untuk tak sepantasnya berjilbab
Aku melangkah mencari ayuh pegangan atap kereta
Tak disangka.. . lirihan yang membuat aku tercengang membuatku girang kepayang
Tak disangka.. . lirihan yang membuat aku tercengang membuatku girang kepayang
"Mas: Ini gerbong khusus wanita"
Haassh. . . . Jauh meradang mulutku karena belum mendapati asupan kerohanian pagi ini. .
Haassh. . . . Jauh meradang mulutku karena belum mendapati asupan kerohanian pagi ini. .
Lantas aku mundur teratur dengan rasa kepayang dengan gaya mati kutuku yang aku sendiri tak tahu, kenapa orang menertawakan, bahkan tak sedikit yang mencercaku karena salah masuk gerbong.
( Solo mBlapan, 16 | Oktober 2018 |l)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar